Haaii ^^

Haai.. apa kabar?
Kamu masih disitu?
Kasihan kamu, berdebu

Kamu tau?
Belakangan, dunia menjadi semakin waras dan penuh surprise
Dan aku suka itu
Karena itulah aku lama gak main sama kamu
Lagipula, aku sekarang punya teman berbincang apa saja
Jadi kamu jangan cemburu yaa

Tapi,
Aku kangen sama kamu..
Tunggu aku yaa..

*ngomong sama blog*

Pindah ke Evernote

Halow, guys.. ^^

I’m so sorry. Nampaknya saya memang belum bisa konsisten untuk menjalankan project #30harimenulis sesuai rencana awal. Di akhir Mei hingga Juni ini, banyak hal terjadi, ada banyak hal baru yang mulai saya lakukan, muncul pula beberapa keputusan baru yang (mungkin) akan merubah beberapa hal dalam hidup saya.

Jadi ceritanya, beberapa waktu lalu saya sempat punya bnyk waktu luang yang waktu itu saya pake untuk banyak melakukan aktivitas membaca, berfikir, dan menulis. Ternyata aktivitas2 itu sangat bermanfaat buat saya, banyak hal baru yang saya temukan, juga sudut pandang baru. Yang dengannya akhirnya saya mengambil beberapa keputusan baru.

Selama proses itu, saya pindah media nulis dari blog ke evernote karena yang saya tulis kebanyakan hal2 yg bersifat pribadi. Jadi, sampai proses itu selesai, kemungkinan saya masih akan nulis di evernote dulu. Jangan nungguin tulisan saya di sini dulu ya.. (berasa ada yg baca blognya. Hihi. 😛 )

Kelak, semoga saya betul2 bisa nulis tiap hari. Doakan yah.. 😀

Posted from WordPress for Android

Shaka; Hang Loose

Day 5 #30HariMenulis

wpid-IMG_6492930433210.jpeg

Kali ini tentang hand gesture-nya orang-orang dengan golongan darah AB. Ada yang suka baca komik golongan darah? Kalo lagi iseng, kadang saya baca komik golongan darah yang lucu-lucu itu. Lumayan menghibur soalnya. Seringkali dibikin ngikik karena ngeliat betapa anehnya kelakuan orang dengan golongan darah AB. Oiya, fyi saya AB.. -_-

Sampe kemaren malem saya nemu gambar tentang perbedaan hand gesture-nya. Semua golongan darah sih punya hand gesture bagus, jadi si A punya hand gesture “the okay sign”, si B “peace”, dan O “raised-fist hand”, nah giliran AB, hand gesture-nya agak asing buat saya, karena sebagai orang dengan golongan AB, rasanya saya jarang menunjukkan hand gesture kayak gitu. Sampe kemudian saya gugling karena penasaran sama maknanya. 😀

Dari hasil gugling, saya kemudian tau kalo hang-loose ini biasa juga disebut isyarat shaka.

Shaka adalah gerakan tangan ucapan salam yang dilakukan penduduk Hawaii dengan memperlihatkan ibu jari dan kelingking.

Isyarat shaka bisa bermakna OK, hebat, atau terima kasih. Selain itu, shaka juga melambangkan “semangat Aloha” di Hawaii, yakni semacam sikap bersahabat dan saling pengertian antar berbagai kebudayaan yang dimiliki penduduk Hawaii. Isyarat ini juga dipakai untuk mengatakan halo atau sampai jumpa. Sewaktu berkendara di Hawaii, shaka bisa dipakai sebagai salam antar pengendara, ucapan terima kasih, atau permintaan maaf karena sudah mendahului kendaraan yang lain.

(Sumber: Wikipedia)

Hm, menarik juga. Mari ambil positifnya aja ya.. 🙂

Posted from WordPress for Android

Second Chance

Errr.. Program #30HariMenulis saya hampir gagal. Udah 5 hari saya gak nulis dan posting di sini. *jitakindirisendiri 😛

Ya kan? Ternyata istiqomah nulis tiap hari gak gampang. Jadi, mari latian lagi! Second chance selalu ada kan? 😉

image

bonus gambar: sejenak mengingat deburan ombak Gili

Posted from WordPress for Android

Teori Jejeran Buku

Day 4 #30HariMenulis

Jika di sebuah rumah kamu menemukan buku-buku filsafat, fisika, revolusi dan kaset-kaset musik klasik, sudah jelas, penghuni rumahnya pasti “orang berbahaya”, terutama jika buku dan kaset itu dalam keadaan berserakan. Bisa dipastikan si penghuni rumah itu orang yang logis dan kaya perspektif. Hati-hati.

Namun, jika buku-buku itu tertata rapi dan bersih sekali, abaikan saja. Orang itu pasti tak berbahaya, karena bisa jadi dia hanya tukang pamer. Dia hanya ingin menggertakmu dengan barisan bukunya yang berjejer rapi seperti prajurit. Karena itu, nasihatku sekali lagi, abaikan saja!

(Budiman Sudjatmiko, dalam Anak-Anak Revolusi 1, halaman 236)

Saya nyengir waktu baca bagian ini. Jleb banget rasanya. 😀 Terlepas dari jenis buku yang ia sebutkan, Budiman Sudjatmiko mengingatkan saya untuk tak hanya mengoleksi buku-buku lalu menjejernya dengan rapi dalam rak bersama koleksi buku kita yang lainnya. Tapi, bacalah semuanya, ambil pelajaran darinya.

Seringkali, kehausan kita akan sebuah buku berhenti setelah kita membeli, membuka sampulnya, lalu membacanya beberapa halaman. Kemudian ingin membeli buku lainnya meski buku sebelumnya belum habis dibaca. Dan menjadikan aktivitas yang padat sebagai kambing hitam. Ah.. >.<

So, mari lebih rajin membaca!

#notetomyself

Posted from WordPress for Android

moving

Day 3 #30HariMenulis

Kata orang bijak, rihlah adalah pindah dari satu aktivitas kebaikan ke aktivitas kebaikan lain. Kalau begitu, saya mau memaknai ini sebagai rihlah saja. Meski kadang timbul banyak kekhawatiran, meski masih samar apa yang nanti akan dilakukan, meski rasanya sudah nyaman di posisi sebelumnya, meski berat meninggalkan para hiu yang sudah seperti keluarga,, tapi sesuatu yang baru selalu menarik, dan memacu kita untuk belajar lebih banyak, sebab improvement diri wajib terus dilakukan. Jadi, hadapi saja dengan gembira.. Bismillah.. 🙂

Goodbye Penghimpunan ZIS Retail.. and welcome Rumah Sehat BAZNAS.. Semoga diri bisa mengemban amanah baru ini dengan sebaik-baiknya. Aamiin.

*sebuah catatan di hari pengumuman reposisi

hidup adalah sebuah perjalanan pulang

Day 2 #30HariMenulis

Tulisan kali ini tentang kamu. Sang pejuang agama Allah yang dicinta penghuni bumi maupun langit. Kamu yang sempat mampir di mimpiku setelah beberapa waktu kepergianmu. Mungkin aku rindu, sebab aku mencintaimu, sebagaimana banyak orang yang mengenalmu juga merasa begitu. Dan karena cintaNya pula, kamu dipanggil begitu cepat, begitu mengagetkan bagi kami. Satu yang aku tahu, kamu menyimpan kenangan baik di mata semua orang yang mengenalmu, tanpa cacat, tanpa cela. Kehangatanmu, perjuanganmu, kemurah-hatianmu, pengorbananmu, dan semua hal baik darimu,, hanya itu yang kami ingat dari sosokmu.

Memang selalu begitu cara kalian pergi duhai orang-orang baik. Selalu terasa begitu cepat dan mengiris hati. Mengingatkan kami akan masa hidup kami yang bisa habis kapan saja. Bukan, kami bukan menangisi kepulanganmu. Kami hanya menangisi diri kami yang entah bisa sebaik kamu atau tidak jika kelak kami pergi. Kami hanya khawatir bekal kami tak cukup saat pulang nanti. Kami takut nanti masih meninggalkan luka dan kenangan buruk di hati orang-orang yang kami kenal. Kami begitu takut nanti Allah belum ridho kepada kami. Kami takut..

Selamat jalan, fat.. Semoga kami bisa meneladani segala kebaikanmu. Agar kelak ketika pulang, kami bisa pulang dengan cara yang indah sepertimu.

Sebab begitulah hidup.
Ia hanyalah sebuah perjalanan pulang.
Yang mungkin panjang dan melelahkan.
Maka jangan lupa menyiapkan cukup bekal.
Jangan lupa meninggalkan sebaik-baik jejak di setiap persinggahan.
Yang terpenting, jangan sampai lupa arah jalan pulang.

Posted from WordPress for Android

Memasak Praktis ala Saya

Day 1 #30HariMenulis

Sejak pindah rumah Januari lalu, kehidupan kerumahtanggaan baru betul-betul terasa buat saya. Tinggal berdua aja dengan suami, jauh dari orang tua, di rumah yang semuanya diurus dan dikelola sendiri, ternyata jadi suatu tantangan tersendiri buat saya. Kadang terasa berat sih, tapi lebih sering terasa manis dan serunya kok. 🙂

Dengan kondisi kami yang sama-sama kerja, berangkat – pulang bareng, pergi pagi pulang senja, tanpa khadimat pula, banyak hal yang perlu disiasati terutama urusan pekerjaan rumah. So far, semuanya masih kami kerjakan bersama di sela-sela rutinitas dan aktivitas kami, dari mulai nyuci-nyetrika, nyapu-ngepel, bersihin kamar mandi, belanja, masak, cuci piring, sampe bayar listrik. Penyiasatan dan manajemen waktu ini penting biar kami gak gempor di akhir pekan karena urusan pekerjaan rumah, hehe, pun agar di akhir pekan kami bisa melakukan rutinitas dan aktivitas lain tanpa harus mengabaikan pekerjaan rumah tangga. Sejujurnya, ini masih jadi PR besar buat kami, beberapa masih dicari formula yang pas, tapi beberapa udah berjalan lancar karena udah nemu solusinya. Salah satunya dalam hal memasak, yang memang masih saya lakukan setiap harinya. Beberapa tips yang bisa saya share adalah:

1. Belanja dan Tentukan Menu Mingguan

Nentuin menu mingguan jadi salah satu kunci untuk masak praktis & cepet. Untuk wikdei, biasanya saya tentuin menu yang masaknya cepet. misal menu sayuran Senin-Jumat: Sayur Sop, Tumis Kacang Panjang – Tempe bumbu kecap, Sayur lodeh, Tumis Buncis – Bakso bumbu balado, Capcay. Untuk lauknya, kita bisa menyiapkan tempe, tahu, ikan, ayam, dsb yang nantinya akan digoreng / dipanggang / diapain aja yang masaknya cepet. Baru di wiken yang waktu masaknya agak panjang, kita bisa masak menu yang agak spesial, misal tongseng, opor, atau apapun menu favorit kita. Semua bahan yang dibutuhkan dalam seminggu itu bisa dibeli sekaligus di hari minggu. Dan sebaiknya langsung “dieksekusi” di hari itu juga. Eksekusinya gak harus dimasak sekaligus kok, tapi..

2. Cuci & Potong Sayuran Sebelum Dimasukkan ke Kulkas

Ada beberapa jenis masakan yang gampang, tapi lama persiapannya. Contohnya sop. Bagian yang agak lama biasanya mengupas dan memotong-motong. So, untuk mempersingkat proses memasak di wikdei, di hari minggu kita bisa mengupas, mencuci, dan memotong sayuran sesuai peruntukannya. Khusus untuk sayuran dedaunan seperti bayam, baiknya cuci dan potong akarnya aja. Setelah itu bisa kita simpan di kulkas. Kita bisa menyimpannya di tupperware kecil (untuk penyimpanan di refri) atau plastik (untuk penyimpanan di freezer). Hal ini berlaku juga untuk bawang-bawangan yang selalu saya pakai kalo menumis, bisa kita kupas dan iris-iris, lalu taro di kulkas. Contohnya begini:

wpid-IMG_20140426_163719.jpg

3. Ungkep Ayam dan Ikan

Untuk ayam dan ikan yang nantinya akan kita goreng atau panggang, kita bisa mengungkepnya di awal, lalu disimpan di tupperware. Penyimpanan bisa kita lakukan di chiller atau refri. Sesuai kondisi aja. Untuk bahan hewani lain seperti hati ayam/sapi, daging sapi, cumi, udang, dsb, jangan lupa dicuci sebelum masuk ke freezer. Biasanya sih saya potong-potong dulu baru saya masukin ke plastik dan saya simpan di freezer.

4. Buat Bumbu Setengah Matang

Bagian yang lama dalam proses memasak yang lain adalah membuat bumbu. Hal ini juga bisa kita siasati lho. Based on menu yang udah kita buat, kita bisa siapkan masing-masing bumbunya. Biasanya, karena saya dan suami penyuka bumbu sambel, saya akan buat bumbu balado atau sambel goreng di awal minggu. Bahannya cuma cabe merah, bawang merah, bawang putih, garam, & gula yang diulek, lalu saya tumis sebentar. Setelah jadi, bisa kita taro di botol bekas selai atau plastik. Bumbu ini bisa kita pake untuk berbagai masakan, kayak sambel goreng, nasi goreng, telur balado, dll. Selain bumbu sambel, biasanya saya juga menyimpan bawang merah dan putih yang sudah diblender, ini bisa kita pake untuk masakan apapun. Contohnya begini nih:

IMG_20140426_163930

*****

Nah, dengan beberapa langkah di atas, alhamdulillah biasanya proses masak saya tiap hari gak lama-lama tuh, palingan setengah jam. Dan waktu pun bisa kita gunakan untuk aktivitas yang lain. Yeay! 😀

Selamat mencoba. Semoga bermanfaat yaa.. 🙂

Let’s start #30HariMenulis !

haloo semuanyaa ^^

ini adalah postingan pertama saya di tahun 2014. yang kalau dilihat lagi kapan terakhir kali saya posting di sini (26 desember 2013), terang sudah bahwa saya sudah empat bulan gak ngeblog. hihiii.. 1/3 tahun. >.<

kemana aja gue? gak kemana-mana sih. di sini-sini aja. actually, ada banyak kisah yang terlewat untuk diceritakan di sini. ada banyak lintasan pikiran yang tak sempat saya tulis di sini. dan ada banyak hal yang ingin saya share di sini tapi belum saya lakukan. rupanya istiqomah memang tidak mudah.

so, gerakan #30HariMenulis yang ingin saya lakukan ini hanya sebuah upaya melatih keistiqomahan diri. toh menulis itu punya banyak sisi kebaikan. dan sesuatu yang baik rasanya perlu dilatih untuk terus dilakukan. bukan begitu, bukan? 🙂

30 hari kedepan saya akan mengupayakan untuk menulis (apapun) setiap harinya di sini. yap, apapun. bisa jadi suatu waktu saya share apa yang saya alami di hari itu, bisa jadi pula sekedar lintasan pikiran saat itu yang saya bagi, bisa jadi pula saya bercerita tentang untold story di 4 bulan terakhir ini. apa aja boleh kan ya? 😀

and, this is the first day for #30HariMenulis
bismillahirrohmanirrohim..

Radomology #1 ; History

“No body knows the troubles I see, no body knows my sorrow.” [Tulisan di Nisan Makam Soe Hok Gie]

Saya baru tau kalo Soe Hok Gie ada makamnya setelah sang sobat kubik bercerita kalau dia dan temannya berkunjung ke sana buat ngerjain tugas kuliah (what? ngerjain tugas di makam?!). Karena Gie meninggal di Gunung Semeru, saya sama sekali gak kepikiran kalo ternyata ada makamnya. Hehe. Dudul yak. Lokasi makam beliau ternyata ada di Museum Taman Prasasti di Jl. Tanah Abang 1 Jakarta Pusat. Hey, ternyata pula lokasinya ada di tengah pusat Negeri, tersembunyi di antara gedung-gedung pencakar langit, ini ketidaknyangkaan yang kedua. Soe Hok Gie, lahir 17 Desember 1942 lalu meninggal 16 Desember 1969. Berarti kalau Om Gie masih ada saat ini, mungkin beliau seangkatan sama Akbar Tandjung ya, atau lebih tua beberapa tahun. Nah, kan random. Sebenernya saya mau nulis apa ini? haha. >.<

Ini mungkin karena saya abis baca-baca sejarah tentang Soekarno kali ya, tentang peristiwa kemerdekaan, tentang 9 istri Soekarno dan kisahnya, tentang peristiwa chaosnya negeri di era 60-an, tentang konspirasi Soeharto (atau Amerika) terkait Supersemar, tentang kebohongan Orde Baru terkait gerakan G30S PKI, tentang penguasaan asing thd bnyk sumber daya alam Indonesia hingga kini, dsb dsb yang berkaitan dengan itu.

Kalo boleh saya runut hal-hal yg lagi terlintas di otak saya, begini kira-kira. Pertama tentang film Soekarno yang saat ini sedang beredar. Menurut saya, film sejarah itu bagus (seharusnya), agar kita tak lupa oleh sejarah, agar anak-anak atau generasi muda tau dan tertarik dengan sejarah melalui cara yang mudah. Karenanya, seharusnya ada lebih banyak lagi film-film tentang sejarah Indonesia. Tapi beda soal kalau film sejarah ini banyak distorsi dari kisah aslinya, sebabnya bisa fatal. Seperti yang terjadi dalam film karya Om Hanung yang satu ini, rasanya gak berlebihan kalo ada yang bilang Hanung merusak sejarah bangsa melalui film ini. Saya sampe geregetan pas nonton. Tapi efek baiknya, jadi pengen baca lebih banyak tentang kisah aslinya. 🙂

Kedua tentang Bu Inggit. Bu Inggit yang saya maksud adalah Bu Inggit istri Soekarno, setelah Oetari dan sebelum Fatmawati. Tanpa mengurangi rasa hormat saya kpd Bu Fatmawati, menurut saya Bu Inggit ini adalah istri paling keren-nya Pak Soekarno. Bisa dibilang, Inggit lah yang menemani Bung Karno di saat sulitnya, saat diasingkan ke Ende & Bengkulu, juga setia mendukung saat di penjara. Selama 20 tahun menikah, pengorbanannya begitu banyak, pun dukungan moril serta materi. Maka di mata saya, beliau adalah salah satu pahlawan bagi kesuksesan Soekarno. Sayangnya, mereka harus bercerai karena kuatnya prinsip Inggit yang gak mau dimadu. Pahlawan memang seringkali tidak sempat merasakan hasil dari perjuangannya. Pun Inggit, beliau sudah tak menjadi istri Soekarno saat Indonesia berhasil merdeka, juga kala Bung Karno berjaya dan menjadi orang nomor satu Indonesia dan disegani dunia.

Kalo dipikir-pikir, Pak Soekarno ini chaos juga ya, saya ikutan miris saat membayangkan perasaan Bu Inggit yang harus cerai karena Soekarno ingin menikah dengan Fatmawati, yang merupakan anak angkatnya sewaktu di Bengkulu. Sama mirisnya saat membayangkan perasaan Fatmawati saat Soekarno meminta izin kepadanya untuk menikahi Hartini tepat di hari kedua kelahiran Guruh Soekarno Putra. Juga perasaannya di tahun-tahun selanjutnya ketika Bung Karno menikahi perempuan-perempuan lain yang begitu banyak. Tapi yasudahlah ya, lagi-lagi hal ini mengingatkan kita bahwa orang hebat seperti Soekarno pun punya kelemahan, apalagi kita. Masih tentang Bu Inggit, saya sangat tersentuh dengan kisah di tahun 80-an, saat Fatmawati menemui Inggit lalu bersimpuh di kakinya. Bu Fatmawati mungkin merasa bersalah, karenanya-lah Bu Inggit yang dulu Ibu angkatnya ini harus bercerai dengan Soekarno. Tapi apa kata Inggit? “Ibu adalah lautan maaf. Makanya, kalau tidak mau dicubit jangan mencubit, sebab dicubit itu rasanya sakit”. Subhanallah.. hatinya ternyata seluas samudera. 🙂

Ketiga, tentang saat-saat menjelang kematian Soekarno. Kalau kata Ratna Sari Dewi (salah satu istri Soekarno yang orang Jepang & seringkali memunculkan berita yang kontroversial), “Kematian Soekarno sengaja diatur terjadi pada tahun 1970, agar Pemilu pertama Indonesia di tahun 1971 yang digelar oleh pemerintahan Orde Baru dapat terlaksana dengan mulus dan tanpa kendala.” Hehe, saya gak tau fakta sebenernya seperti apa, tapi kalau dirunut kejadiannya, bisa jadi isu kalau Soekarno sengaja dibuat sakit atau bahkan sengaja diracuni itu bukan sekedar isu. Wallahua’lam sih ya.. Tapi terkait itu, beberapa fakta yang kita tahu adalah bahwa naskah Supersemar asli hilang entah di mana, dan bahwa banyak kebohongan yang dilakukan orde baru terkait G30S PKI.

Nanti disambung lagi ya.. 😀

Disewakan: Wedding Dress ala Rabbani

Di nikahan kemarin, ceritanya saya bikin wedding dress sendiri. Sebabnya, baju pengantin di WO yang saya pakai kebanyakan berupa kebaya, kalaupun ada gaun, itupun gaun internasional yang biasanya tanpa lengan. Sedangkan saya pengennya gaun muslimah yang syar’i (ceileh). Nah, karena itulah saya memutuskan untuk bikin sendiri salah satu gaunnya. Setelah nyari-nyari model yang dirasa oke, pilihan model pun jatuh kepada model gaun Kateliya Rabbani dengan nuansa warna pink-putih. Setelah konsultasi dengan tukang jait langganan, ternyata proses jaitnya lumayan susah, dan biayanya juga ternyata gak murah. Tapi karena waktu yang agak mepet, akhirnya dijalani juga proses pembuatan gaunnya meski dalam prosesnya perlu perbaikan beberapa kali. Huhuu..

Kateliya Rabbani

Contoh model dress yang jadi patokan ketika menjahit adalah gambar di atas. Dan alhamdulillah, jadinya lumayan mirip dan pas di badan saya. Tapi setelah dipikir-pikir lagi, ruffle samping di gaunnya ternyata membuat badan nampak lebih besar. Rasanya kurang cocok buat badan saya yang emang udah besar. Hehe. Tapi ini menurut saya, kalo kata suami saya sih cocok n bagus-bagus aja. 😛

Dan sekarang, saya bingung ini baju mau diapain, karena gak mungkin dipake juga even buat kondangan. So, akhirnya saya memutuskan buat menyewakan gaun ini. Biar bisa bermanfaat aja sih, daripada itu gaun nganggur di lemari. 😀 So, buat teman-teman yang akan menikah dan pengen pake gaun muslimah yang syar’i di nikahannya, apalagi buat teman-teman penggemar desain Rabbani esp Kateliya dress, monggo bisa kontak saya untuk penyewaan gaunnya. Biaya sewanya negotiable, soalnya saya cuma pengen gaun ini bermanfaat aja. 😀 Btw, berikut penampakannya.

This slideshow requires JavaScript.

Yang tertarik pake, silakan kontak saya di email: novaliantika@gmail.com ya.. insyaAllah pasti dibales. Semoga postingan ini bermanfaat..:)

Bola Salju #ODOJ

Update Grup ODOJ (One Day One Juz) Per 4 Desember Jam 08.20
Grup Ikhwan: 93 grup
Grup Akhwat: 211 grup
Total Grup: 304 grup
Total: 9120 orang ODOJers kurang lebih
AllahuAkbar!

Entah siapa yang punya ide pertama kali untuk membuat Grup ODOJ ini, sungguh ini gerakan yang amat keren. Tilawah satu juz, untuk sebagian orang merupakan hal biasa karena itu adalah target minimal harian mereka. Ada juga yang punya target lebih dari itu, 3 juz/hari misalnya. Tapi gak sedikit juga yang meski punya target 1 juz/hari, mereka harus merangkak-rangkak untuk bisa mencapainya, atau bahkan ada yang per hari baru bisa selembar-dua lembar saja. Setiap orang memang punya kebiasaan yang berbeda terkait aktivitas tilawah ini.

Berbagai aktivitas sehari-hari seringkali menyibukkan kita. Jangankan tilawah, sholat aja seringkali kita masih telat. Dan tilawah, seringkali kita lakukan di sisa waktu, kalau luang. Nah, sepengalaman saya, mindset “tilawah kalau luang” ini nih yang seringkali bikin target gak tercapai. Sebab seringkali waktu luang tak kunjung datang, atau parahnya waktu luang kita pakai untuk hal-hal yang sebenernya tak terlalu bermanfaat. Huks. Maka, tilawah memang seharusnya dilakukan di waktu-waktu yang memang khusus kita alokasikan untuk tilawah. Strateginya bisa beda-beda di masing-masing orang. Sebenernya, kalau tilawah kita sudah lancar, 1 juz itu bisa kita khatamkan dengan waktu gak lebih dari 45 menit. Tapi lagi-lagi kondisi setiap orang beda-beda, jadi ya aplikasinya bisa disesuaikan dengan kondisi masing-masing. Misal, 1 juz itu kan biasanya 10 lembar, maka bisa aja kita buat strateginya setiap habis sholat kita tilawah 2 lembar / 4 halaman, isya kan udah beres tuh.. Apalagi Grup ODOJ ini berbasis smartphone (biasanya via grup whatsapp atau grup BBM) yang punya aplikasi Al-Qur’an digital, so tilawah kini semakin mudah, tak perlu bawa Al-Qur’an kemana-mana, bisa dilakukan dimanapun tanpa ribet, dan kita tetap bisa tilawah meski mati lampu. 😀

Tapi urusan tilawah dan target tilawah ini memang kembali lagi ke masing-masing orang. Yang penting ada kemauan sebenernya. Nah, grup ODOJ ini sangat membantu bagi orang-orang yang ingin mengistiqomahkan tilawahnya minimal 1 juz /hari, entah bagi mereka yang memang sudah biasa tilawah 1 juz /hari, atau bagi mereka yang masih sulit untuk mencapai 1 juz /hari. Sebab lingkungan, sadar atau tidak sangat mempengaruhi kita. Sebagaimana kata pepatah yang bilang kalau mau wangi, bergaullah dengan penjual parfum, itu juga berlaku untuk urusan tilawah ini. Kalau gak percaya, masuklah ke Grup ODOJ, maka kita sedikit-banyak akan termotivasi untuk istiqomah tilawah minimal 1 juz /hari. Meski awalnya berat dan dipaksakan, tapi lama-lama pasti terbiasa dan menjadi ringan.

Semoga, upaya kita untuk mengistiqomahkan tilawah 1 juz ini, menjadi saksi di kemudian hari. Who knows, Al-Qur’an kita di yaumil akhir nanti menjadi saksi kalau kita pernah menahan kantuk dan menunda tidur demi menuntaskan target 1 juz /hari sebelum hari berganti. Huhuhuuuu.. Aamiin Ya Rabb. Dan sebagaimana bola salju, semoga gerakan ODOJ yang dimulai dari sedikit orang ini, kelak semakin buaanyakk anggotanya. Yang artinya semakin banyak pengguna smartphone yang mengistiqomahkan diri untuk tilawah minimal 1 juz/hari. Sepengalaman saya dan beberapa teman ODOJers, bergabung di grup ini menjadikan kita mengurangi hal-hal kurang penting yang sebelumnya biasa kita lakukan; kayak facebook-an, twitter-an, ngobrol ngalor-ngidul di wa/bbm, atau browsing hal-hal gak penting. So, semoga dengan semakin banyak orang yang bergabung di ODOJ ini, semakin banyak pula orang yang terhindar dari aktivitas sia-sia, dengan begitu semoga semakin banyak orang yang produktif dan memanfaatkan waktunya dengan baik. Bukankah suatu hal yang sangat berefek besar jika ini menjadi hal yang masif di kemudian hari? Saya yakin begitu. Wallahua’alam bishshawab.

Semoga kita diistiqomahkan ya.. Aamiin.  🙂

Ramuan Sereh, Ampuh Mengusir Batuk Membandel :)

Ceritanya, sejak hampir sebulan yang lalu saya dilanda batuk yang gak sembuh-sembuh. Batuknya batuk kering sih ya, dan dahaknya susah keluar. Jadinya kalo batuk agak bikin sesek di dada dan sakit di tenggorokan, dan nampaknya udah bikin orang yang denger jadi kasihan (atau terganggu?), terutama temen-temen kantor. Hehe. Dokter umum ataupun dokter spesialis THT sebenernya udah didatengin, minum obat batuk Ibu dan Anak (yang biasanya ampuh mengusir batuk) juga udah hampir abis sebotol besar, minum jeruk nipis + kecap si ramuan tradisional yang biasa dianggap ampuh untuk mengusir batuk juga udah, jaga makanan dan minuman juga udah, tapi si batuk kayaknya masih betah aja.

Sampe di weekend kemarin di Sokaraja, secara kebetulan bertemu Pak Sugiyono & Istri. Pak Sugiyono ini rekan bisnisnya Mochi & Bintang, teman suami saya. Kebetulan kami mampir ke rumah Pak Sugiyono ini sebelum melanjutkan perjalanan ke Dieng. Nah, Pak Sugiyono yang denger saya batuk-batuk ini nampaknya kasihan, dan menyarankan ke suami untuk membuat ramuan sereh, yang menurutnya ampuh diaplikasikan pada anaknya yang dulu sering batuk dan  gak sembuh kalau gak ke dokter spesialis, dan alhamdulillah sekarang gak pernah ke dokter spesialis lagi. Gak hanya menyarankan, sebelum pulang ternyata saya dibuatkan ramuan tsb, dan tenggorokan langsung lega karena meminum hangatnya ramuan sereh tsb. Baik banget emang Pak Sugi & Istri. Huhuu.. Jadi terhura.

Sesampainya di rumah, saya segera membuatnya. Berikut resep ramuannya. Gampang kok. 🙂

Bahan:
– Beberapa batang sereh
– Gula batu
– Jeruk nipis
– 3 gelas air

Cara membuatnya:
Rebus 3 gelas air bersama sereh dan sepotong gula batu. Lalu biarkan hingga air kira-kira tinggal setengahnya. Kemudian angkat, tuang ke gelas, dan tambahkan perasan jeruk nipis secukupnya. Kemudian langsung diminum selagi hangat. Dikonsumsi sehari 2 kali untuk meredakan batuk. Berikut penampakannya.

Wedang Serah

Wedang Serah

Rasanya enak lho, bisa jadi alternatif wedang kalau kedinginan. Dan Alhamdulillah, pasca 2 hari mengkonsumsinya, batuk saya yang membandel ini perlahan reda. Gula batu digunakan karena gula tsb gak menyebabkan batuk, dan untuk memberikan rasa manis, sebab kalau sereh aja bisa berasa agak pahit. Nah, tambahan jeruk nipis membuat rasanya semakin segar. Silakan dicoba. 🙂

Sokola Rimba; orang rimba pun berhak memperoleh pendidikan

Ceritanya, moment one day trip hadiah suami pasca usia saya yang seperempat abad kemarin diakhiri dengan nonton film. One day trip nya di Sentul sih sebenernya, cuma pas nyampe Bintaro masih belom malem, jadilah kita melipir buat nonton film karya duet Mira Lesmana dan Riri Riza itu. Nonton film, meski kita cuma pasang mata dan duduk anteng, kalo film-nya bagus pasti akan melibatkan semua anggota diri kita untuk ikutan bereaksi, bisa tetiba mata keluar air, bisa muka tetiba meringis, bisa hati tetiba terenyuh, bisa juga otak tetiba mikir ini itu, bahkan ekstrimnya pola pikir bisa perlahan berubah. Maka saya sangat setuju kalau film dapat mempengaruhi banyak orang. Sangat. Bisa berefek baik, bisa juga berefek buruk, tergantung filmnya dibuat oleh siapa, punya misi apa, dan kontennya bagaimana. Nah, makanya seneng banget deh kalo ada orang  baik dengan pemikiran keren bikin film. Anyone? 😀 Dan kalau menurut saya, sebagaimana travelling / mengunjungi suatu tempat yang baru, atau bertemu orang baru, atau membaca buku, menonton film “bagus” [ternyata] juga bisa menjadikan kita seseorang yang tidak akan pernah sama seperti kita sebelumnya.

Sokola Rimba bercerita tentang salah satu bagian dari buku catatan harian Butet Manurung yang berjudul sama. Butet diperankan oleh Prisia Nasution, dan anak-anak rimba diperankan oleh anak-anak rimba Hutan Bukit Duabelas asli; Bungo, Beindah, Nengkabau, dll. Anak-anak ini ekspresinya ntural banget loh, tepat banget kayaknya Miles n Riri memilih warga asli untuk memerankan diri mereka sendiri. Ceritanya, Butet yang bekerja pada LSM Warsi di Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) Jambi ini bertugas sebagai fasilitator pendidikan alternatif bagi suku asli Orang Rimba. Pekerjaannya ini ternyata membuat Butet terikat dengan anak-anak rimba, beberapa kali ia harus berselisih dengan pimpinannya di LSM-nya, bahkan harus melakukan perjalanan mengajar tanpa izin LSM-nya demi bisa mengajar anak-anak Rimba ini. Butet tak hanya mengajar membaca, menulis, dan berhitung, tapi juga menyatu dengan mereka.

Singkat cerita, takdir  kemudian mempertemukan Butet dengan Bungo, anak dari Tumenggung Makekal Hilir. Bungo membawa kemana-kemana sebuah map berisi surat perjanjian. Bungo ingin sekali bisa membaca apa yang tertulis dalam kertas itu. Ia tau bahwa kertas itu telah menjajah orang rimba. Akibat kertas itu, tanah mereka kian hari kian tergeser, pohon-pohon semakin berkurang, hingga hasil buruan mereka kian hari kian sedikit. Tapi ia tak tau apa yang tertulis di dalamnya, semua orang di tumenggung-nya tidak pernah tau apa yang tertulis di sana. Orang Terang (sebutan untuk orang luar hutan yang datang ke sana) telah menipu mereka, mereka diberi kertas perjanjian itu, dipaksa membubuhkan cap jempol di sana, lalu diberi sedikit upeti; rokok, kopi, dan sedikit uang, lalu perlahan habislah tanah mereka. Mereka harus menandatangani surat perjanjian yang mereka tak tau apa isinya. Di Taman Nasional yang katanya dilindungi pemerintah itu para penebang liar bebas melakukan aksinya. Miris.  

Keinginan Bungo untuk dapat membaca sempat terhalang oleh adatnya. Di tumenggungnya, pensil dipercaya membawa penyakit dan petaka. Karena hal itu pula, Butet diusir dari sana dan tak boleh mengajar lagi. Bungo pun kehilangan gurunya. Tapi takdir akhirnya mempertemukan mereka kembali. Namun kali ini Bungo harus menempuh perjalanan puluhan kilometer untuk dapat belajar kepada Ibu Guru Butet,  yang kemudian tetap dijalankan oleh Bungo. Tekadnya kuat, ia ingin bisa membaca, ia tak mau dibodohi lagi oleh Orang Terang.

Titik balik dalam film ini adalah saat Bungo sudah lancar baca tulis hitung, ia tiba-tiba diminta pulang ke tumenggungnya dan berhenti belajar. Sebabnya, Ketua Tumenggungnya meninggal, dan mereka mempercayai bahwa itu adalah kutukan dari pensil, bencana yang ditimbulkan akibat Bungo belajar membaca dan menulis. Titik balik juga terjadi pada Butet. Ia dipecat dari pekerjaannya dan harus meninggalkan anak-anak rimba itu serta pulang ke Jakarta. Namun tak berhenti di situ, di Jakarta Butet bertekad untuk kembali, yang beberapa bulan kemudian ia pun berhasil untuk kembali ke sana dan mendirikan Sokola Rimba dengan bantuan donatur, lalu menyaksikan masyarakat Tumenggung yang diwakili Bungo sudah dapat bernegosiasi dengan Orang Terang ketika diajukan perjanjian penipuan sejenis. Great!

Nah, gak seru sih sebenernya kalo diceritain, lebih asik nonton langsung lho.. 😀 Kalo buat saya, film ini punya banyak pesan, terutama pesan kemanusiaan. Saya juga suka ekspresi natural dari anak-anak rimba ini. Juga semakin terkagum dengan kiprah orang-orang seperti Butet Manurung, yang telah berkontribusi kongkrit, berkarya melebihi usianya, pembangun peradaban sesungguhnya. Sebagaimana kagumnya saya sama orang-orang yang sudah berkontribusi untuk mengajar anak-anak di pelosok Indonesia, melalui Indonesia Mengajar, Sekolah Guru Indonesia, atau apapun namanya atau bahkan tanpa nama. Mereka sesungguhnya telah memberikan pengabdian yang besar bagi bangsa ini, mereka telah turut mencerdaskan kehidupan bangsa. Salut lah buat orang-orang kaya mereka. Film ini betul-betul menampar saya yang sudah seperempat abad ini namun belum berbuat apa-apa. Ish.. Selamat hari guru anyway, bagi seluruh pejuang pendidikan Indonesia. 🙂

“Setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan.” 
[Pasal 31 ayat (1) UUD 1945]

Alasan

Awal mula saya jarang ngeblog adalah karena sudah gak pernah laptopan sambil internetan di rumah lagi. Sebabnya, tethering via hp yg biasa sy pake udah gak lancar lg -entah kenapa- sejak sy ganti hp. Padahal katanya hpnya lebih keren -_-. Mau posting via hp, rasanya gak nyaman ngetik panjang via touchscreen.

Yang setelah dipikir-pikir lagi, itu semua semacam alasan yang sungguh tak keren. Sebab nyatanya, satu2nya alasan utama jarang ngeblog adalah karena malas. Buktinya, ini saya bisa posting pake hp. Meski isi postingannya nampak amat tak penting rasanya. Hihi. Tapi lumayan untuk pembiasaan.

Diposting seraya nunggu panggilan dokter at Eka Hospital BSD. Get well soon, dear me.. 🙂

Our Common Enemy; Kemiskinan Kultural

Pada hal yang satu ini, rasanya saya belum bisa menempatkan diri saya ada di posisi mana. Tapi saya yakin bukan cuma saya yang kadang labil akan satu hal ini. Sekali waktu saya berpikir bahwa memberi receh -dengan tujuan berinfak atau karena kasihan- kepada pengemis di jalan itu suatu hal yang kecil dan sepele, yang tak perlu dipikirkan lebih jauh.. “masa iya ngasih receh aja pake mikir? gak ikhlas amat..” Namun tak jarang pula terpikir fakta lain, bahwa kebiasaan kita memberi receh pada mereka justru bisa menjadi sebuah bumerang, dan justru akan membuat jumlah pengemis kian banyak setiap harinya.

Bukan rahasia lagi, bahwa jumlah pengemis entah kenapa kian hari kian banyak. Bahwa pengemis bisa diekspor dari suatu desa ke ibu kota di waktu2 tertentu seperti bulan Ramadhan. Bahwa pengemis masa kini sangat terorganisir dan ada sindikatnya (hiiiy~). Bahwa penghasilan pengemis di Jakarta bisa mencapai Rp.100ribu hingga 200ribu per harinya. Bahwa jumlah pengemis di Jakarta dalam sehari bisa mencapai 20.000 orang. Bahwa jika rata2 penghasilan pengemis tsb per harinya Rp.100ribu, maka total penghasilan pengemis di Jakarta dapat mencapai 2 milyar per hari atau 60 milyar per bulan. We-O-We!

And then, kenapa jumlah sebanyak itu tidak juga membuat mereka hidup cukup lalu berhenti mengemis?

Pak Irfan Syauqi Beik dalam Program Smart Syariah di SmartFM minggu lalu memaparkan, bahwa orang miskin terbagi dua. Golongan pertama adalah orang yang miskin materi tetapi tidak miskin rohani, orang seperti ini masih mau bekerja, tidak malas, dan masih bisa diberdayakan. Golongan kedua adalah orang yang miskin materi maupun rohani, orang-orang seperti ini adalah orang miskin yang malas bekerja, atau bisa juga disebut miskin mental. Yang perlu mendapat perhatian adalah golongan yang pertama. Sedangkan yang kedua adalah golongan yang dicela agama.

Dalam case pengemis ini, jumlah pendapatan besar seperti yang saya sampaikan sebelumnya nyatanya pun hanya dinikmati segelintir orang yang tak bertanggung jawab, yang jika sudah begini, maka yang paling dirugikan adalah pengemis-pengemis yang memang benar-benar membutuhkan. Selain itu, banyak pula pengemis yang menganggap mengemis itu sebagai profesi, yang menikmati kegiatan ini selama bertahun-tahun tanpa ada usaha mencari pekerjaan lain. Inilah yang disebut kemiskinan kultural. Mereka miskin karena mentalnya, karena kebiasaannya, dan tak ada upaya merubah dirinya menjadi lebih baik. Gak percaya? Udah lihat ini?

Sekarang, mari kita bayangkan jika jumlah tsb dialihkan dari “diterima langsung oleh pengemis” ke “dikelola oleh lembaga yang amanah”. Berapa banyak masyarakat miskin yang akan dapat diberdayakan? Sebab memang, upaya penanganan kemiskinan harus mencakup aspek materi maupun rohani. Mereka diberi, tapi tidak membuat mereka ketergantungan pada pemberian. Jiwanya pun harus dibekali dengan keterampilan-keterampilan yang bisa membuatnya mempunyai penghasilan, juga rohaninya harus dibekali keyakinan bahwa hidup harus dijalani dengan penuh syukur, yang salah satu bentuknya adalah dengan kemauan untuk bekerja keras.

So guys.. siapa yang sepakat sama saya kalau “penyakit” ini harus segera diobati dengan penanganan yang tepat? Gak perlu jauh-jauh menuntut pemerintah untuk menangani ini, rasanya kita yang masyarakat biasa juga dapat berkontribusi dalam hal ini, yaitu dengan tidak membiasakan diri untuk memberi uang untuk pengemis meski sekedar receh. Lagipula, toh agama kita juga sudah mengajarkan kemana ZIS kita seharusnya kita salurkan. Bahwa zakat, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah, seharusnya memang disalurkan melalui lembaga zakat resmi, seperti BAZNAS, BAZNAS Daerah, atau LAZ. Begitu pun dengan infak / sedekah kita, yang meskipun Islam memberi kebebasan pada umatnya untuk menyalurkan kemana, panduannya tetap ada, yaitu diprioritaskan untuk keluarga terdekat, lingkungan terdekat, dan mereka yang membutuhkan yang kita ketahui kondisinya secara jelas dan pasti.

“Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah, ‘Apa saja harta yang kamu nafkahkan, hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.’ Dan kebaikan apa saja yang kamu buat, maka sesungguh-nya Allah Maha Mengetahuinya.” (Al-Baqarah: 215). 

Yasudahlah ya.. saya sudahi dulu ocehan saya.. Semoga bermanfaat meski sekedar ocehan. Daaann.. mari kita kembali bekerja.. #eh ternyata udah waktu istirahat deng 😀 Selamat sholat dzuhur kalau begituu..

Postingan 13 Dollar

Haaaaiii semuaaa! ^^

Hmm.. Terakhir saya posting sebelum postingan sebelumnya adalah 23 Juli. Yang kalau dihitung mundur dari hari ini, berarti 2 bulan sudah saya gak ngeblog… Hihiiii.. kemana aja ya gue? Gak kemana-mana sih sebenernya.. lagi asik sendiri aja kali ya sama status baru.. juga sama kerjaan baru di kantor.. 😀 Ah, tapi kayaknya itu semua cuma alesan, as usual, di mana-mana satu-satunya alesan gak ngeblog lama itu ya karena malas.. 😛

Tapi emang si ya.. buat saya, selalu aja ada yang ngingetin buat kembali rajin nulis ketika saya lagi “males”. Nulis, meski cuma sekalimat-dua kalimat di blog, toh itu adalah hal positif, meski kadang geje, meski kadang gak meaning, itu tetep merupakan hal positif buat saya. Membaca otak-hati kita lalu menuangkannya dalam tuts keyboard hingga menjadi sebuah tulisan yang dapat dibaca, buat saya merupakan kesenangan tersendiri. Maka, meski saya bertahan 2 bulan untuk gak nulis, ya tetep aja rasanya hari-hari ada yang kurang.. Halah! 😀

Sebuah email di Senin lalu ternyata jadi media pengingat bagi saya untuk kembali nulis. Email dari orang tak dikenal, dari Ms. Fitria dari Zenith Optimedia (sebuah Perusahaan di Singapura) yang menawarkan sebuah kerjasama. Saya hanya harus menuliskan sesuatu di blog saya ini lalu mencantumkan sebuah infografik hasil survey yang dilakukan oleh mitra Zenith Optimedia, lalu saya akan dibayar 13 dolar untuk postingan tersebut. Padahal seinget saya, tepat di hari yang sama, sebelum membaca email ini saya baru ngobrol dengan si teman kubik yang nunjukin artikel translate-an pertamanya, dan dia dibayar Rp. 100 ribu untuk itu, lalu saya komentar; “wah, asik betul dapet 100 ribu.. kamu kerja kaya gitu aja.. sehari translate 5 tulisan juga lumayan.. gak usah kerja lagi..” So, jadi pengen ketawa pas dapet email ini..

Gambar sisip 1

Gambar sisip 2
 
Setelah chit-chat by email selama beberapa hari dengan Ms. Fitria dan memastikan bahwa Perusahaan tsb asli dan email ini bukan penipuan, maka saya pun memutuskan untuk menerima tawaran tsb. Toh, gak ada ruginya buat saya. Meski 13 dollar bukan jumlah yang besar, tapi tetap saja saya senang. Bukan karena uangnya, tapi karena saya bisa termotivasi secara natural untuk kembali menulis dan menghidupkan blog. Itulah sebabnya, saya yang gak ngerti properti ini  akhirnya harus menulis tentang properti di postingan sebelumnya. Satu-satunya alasan ya karena postingan tersebut adalah postingan berbayar. Jadi mohon maaf kalo ada yang nemu iklan di postingan tsb. Hehee..
Begitulah.. So, mari menghidupkan blog lagiii.. ^^

Indonesia, Pasar Properti yang Masih Potensial

Ramadhan lalu, kebetulan kami sempat mencari tempat tinggal di daerah pusat Jakarta. Salah satu pertimbangannya adalah jadwal kerja saya cukup padat ketika Ramadhan, dan memungkinkan untuk sering pulang malam (at least buka puasa di kantor). Lagipula, kantor saya dan suami sama-sama di pusat Jakarta. Maka dengan pertimbangan efisiensi dan produktivitas ibadah Ramadhan, kami pun memutuskan untuk tinggal di daerah Jakarta Pusat untuk sementara. Awalnya, agak sulit mencari tempat tinggal sesuai yang diinginkan. Salah satu syarat yang membuat sulit adalah harus adanya tempat parkir mobil. Sesekali ada, namun harganya di luar jangkauan, atau kalaupun harganya cukup bersahabat, parkiran sudah penuh.

Takdir kemudian mempertemukan kami dengan sebuah tempat tinggal di wilayah Kebon Kacang (antara Thamrin & Tanah Abang). Dari sisi lokasi, sangat strategis dari kantor saya maupun kantor suami, bahkan saya bisa jalan kaki kalau mau; lewat Sabang, Sarinah, lalu Kebon Kacang. Dari sisi fasilitas juga lengkap, kamar mandi di dalam, AC, parkiran layak, jalanan depan rumah besar, ada dapur, dan ruang tengah untuk duduk-duduk sambil menikmati angin. Meskipun ada beberapa fasilitas yang bermasalah dan harga juga tidak bisa dibilang murah, tempat tinggal ini rasanya cukup bagi kami.

Yang saya perhatikan, harga properti di tengah kota itu mayoritas mahal. Dan meskipun rata-rata mahal, tetap saja banyak yang mencari dan selalu saja penuh. Rasanya, selagi masih banyak perkantoran, kost/kontrakan akan selalu dicari, di manapun tempatnya. Saya jadi terpikir untuk investasi tanah di tengah kota lalu membuat kost-kostan (jika dan hanya jika saya punya uang untuk itu.. hihiii). Satu hal lagi, mahalnya harga tanah di pusat kota, membuat para pemilik usaha properti sangat mengoptimalkan tanah yang dimilikinya. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya perumahan yang dibangun bertingkat, juga jarangnya kontrakan/kostan yang menyediakan tempat parkir mobil. Kebanyakan dari pemilik usaha properti ini memilih untuk memperbanyak kamar daripada menyediakan fasilitas tempat parkir mobil yang luas, pertimbangannya sudah pasti penghasilan yang akan mereka dapatkan.

Berbicara tentang properti memang selalu menarik. Di Indonesia, pertumbuhan properti kian hari kian meningkat. Bahkan pertumbuhan harga properti di Jakarta dikabarkan telah melebihi Beijing dan Hongkong (sumber). Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh iProperty.com tentang Sentimen Pasar Properti di Asia, masyarakat Indonesia ternyata kini semakin peduli terhadap kepemilikan properti, baik sebagai tempat tinggal maupun sebagai investasi jangka panjang. Menurut Andy Roberts (General Manager Rumah123.com), faktor kunci yang mempengaruhi hal tersebut adalah pertumbuhan ekonomi yang baik, pertumbuhan kelas menegah yang pesat dengan daya beli yang terus naik secara signifikan, serta tingkat inflasi yang stabil. Tidak bisa dipungkiri, saat ini memang pertumbuhan kelas menengah di Indonesia semakin meningkat. Menurut ekonom yang kini menjadi Menteri Keuangan Muhammad Chatib Basri, kelahiran kelas menengah baru ini adalah pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia:

“Ada 60 juta orang kelas menengah yang membelanjakan uang antara Rp. 35 ribu hingga Rp. 45 ribu per hari. Riset Insitut McKinsey memperkirakan bahwa tahun 2025 akan ada 135 juta konsumen Indonesia, yang setiap orangnya membelanjakan uang lebih dari Rp 100 ribu per hari. Jika mencapai angka itu, maka jumlah konsumen Indonesia akan lebih tinggi dari kombinasi tiga negara: Singapura, Malaysia dan Australia.“

Jumlah orang kaya Indonesia termasuk yang paling tinggi di dunia. Saat ini ada lebih dari 100 ribu orang yang memiliki kekayaaan lebih dari 1 juta dollar. Dalam laporan mengenai kekayaan global tahun lalu, Credit Suisse memperkirakan jumlah orang kaya itu akan naik dua kali lipat menjadi 201 ribu pada tahun 2017. Ironisnya, pada saat bersamaan, laporan Bank Dunia mengungkapkan bahwa satu dari empat orang Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan, atau mempunyai penghasilan kurang dari Rp 300 ribu per bulan. (sumber)

Agak ironis sebenarnya. Tapi begitulah nyatanya negeri kita. Kelompok menengah semakin banyak, namun di sisi lain orang miskin tetap saja banyak. Tak perlu jauh-jauh, pertumbuhan kelas menengah ini dapat kita lihat dari meningkatnya orang-orang yang memiliki gadget keren, memiliki mobil mewah, juga berinvestasi rumah mewah. Riset sentimen pasar yang dilakukan iProperty.com ini juga menunjukkan bahwa daya beli properti masyarakat Indonesia ada di kisaran Rp. 250 juta. Dibanding dengan negara Asia lain, masih menurut survey ini, berkembangnya pasar properti di Indonesia juga dipengaruhi oleh tingkat inflasi yang cenderung rendah. Di beberapa negara lain, peraturan pemerintah cukup banyak terkait masalah properti ini, antara lain dengan pajak yang tinggi. Hal ini biasanya dilakukan untuk mengendalikan inflasi.

Menurut survey ini, faktor yang jadi pertimbangan masyarakat ketika memutuskan untuk membeli properti pun telah berubah, dengan lokasi lebih diutamakan dibandingkan harga. Hal ini sangat rasional mengingat kemacetan selalu terjadi di area pusat-pusat perkantoran. Masyarakat pun cenderung lebih pilih-pilih lokasi rumah yang menurut mereka strategis ke tempat-tempat di mana mereka banyak menghabiskan aktivitasnya, seperti tempat kerja mereka, tempat sekolah anak-anak mereka, maupun pusat perbelanjaan ataupun hiburan. Di sisi lain, motivasi utama responden di Malaysia, Indonesia dan Hong Kong untuk membeli properti adalah untuk memiliki rumah sendiri, sementara responden Singapura termotivasi oleh investasi jangka panjang.

Survey ini dilakukan oleh iProperty.com melalui website mereka di masing-masing negara; Malaysia (iproperty.com.my), Indonesia (Rumah123.com dan rumahdanproperti.com), Hong Kong (GoHome.com.hk), dan Singapura (iproperty.com.sg). Survei diikuti oleh lebih dari 30.000 responden yang mayoritas berusia 26-50 th. Sebagian besar responden adalah eksekutif/manajer dan karyawan/profesional. Dan berdasarkan pendapatan tahunan mereka, sebagian besar responden termasuk kelompok berpenghasilan rendah dan menengah. Berikut infografik hasil survey ini.

Hasil Survey Sentimen Pasar Properti di Asia

maapin >.<

Tak ada lagi yang tersisa dari kenikmatan hidup, kecuali tiga hal:
1. Saudara yang kau selalu dapatkan kebaikannya, bila engkau menyimpang ia akan meluruskanmu.
2. Shalat dalam keterhimpunan (jasad, hati, dan pikiran), kau terlindung dari melupakannya dan kau penuh meliput ganjarannya.
3. Cukuplah kebahagiaan hidup dicapai, bila kelak tak seorang pun punya celah menuntutmu di hari kiamat.
(Hasan Al-Bashri)

Yang ketiga ini sungguh amat menyeramkan.. >.< Amal kita bisa habis diambil sama orang-orang kaya gini. Kawaaann.. Mohon dimaafkan jika saya punya salah.. jika saya pernah dzholim.. jika saya pernah menyakiti.. mohon ditagih kalo saya punya hutang.. mohoooonn dimaafkan yaaa.. o_o

Selamatkan dirimu sejak awal dari cengkeraman tukang rias!

Hehe.. judulnya agak propokatip yak? 😀

Saya emang belum share banyak terkait event akad walimah 16 Juni kemarin, postingan ini sengaja saya tulis untuk sebuah misi. Berbagi cerita agar teman-teman (khususnya para perempuan muslimah yang belum menikah) tidak merasakan apa yang kemarin saya rasakan. *lebai* 😀

Jadi begini, kalo boleh menyebut satu hal yang disesalkan di momen pernikahan, ialah riasan wajah >.< Its not about saya ngerasa riasannya kurang oke, tapi sejak dulu-dulu, saya yang emang gak suka dandan ini udah banyak-banyak berdoa biar riasan saya pas nikah gak menor apalagi sampe kaya topeng. Meskipun gak ada yang  bilang kalo riasan nikahan saya pas nikahan “begitu”, tetep aja itu udah ngebuat saya gak nyaman seharian. Tapi emang sih ya, urusan riasan ini emang subyektif banget. Dan terakhir saya baru sadar kalo dandanan nikah itu emang untuk kepentingan hasil foto. Buktinya, keluarga puas sama hasil riasannya karena hasil fotonya katanya jadi bagus dan auranya keluar.. aduh, saya yang betul2 gak ngerti tentang aura-auraan ini totally gak sepakat.

Saya kebetulan pake wo untuk acara akad-walimah, dengan berbagai pertimbangan. Karena wo ini udah ngehandle sepaket sampe ke semua printilan pernikahan, maka saya betul-betul memilih yang oke dari semua sisi; dekorasi, pelaminan, rasa makanan, harga, baju & riasan. Dekorasi dan pelaminan kami memilih sendiri dari sekian pilihan yang dipunya si wo. Untuk makanan, kami juga 2 kali test food untuk memastikan rasa makanan dan menu apa yang kita pilih. Juga semua hal sampe hal detail kami pastikan bahwa semua akan beres dan sesuai yang diinginkan. Satu-satunya poin yang gak bisa saya kontrol adalah riasan, karena ternyata gak bisa test make up.. hiks. Jadi satu-satunya yang bisa saya lakukan adalah mewanti-wanti bu Lia (istri pemilik WO yang katanya akan merias nanti) tentang hal yang saya tekankan terkait pakaian dan riasan, yaitu; baju berupa gaun, jilbab menutupi dada, dan dandanan gak menor. Untuk poin baju, wo ini ternyata cuma punya kebaya untuk busana muslimahnya, maka solusi yang saya ambil saat itu adalah minta dibuatkan baju (gaun pengantin muslimah) untuk akad, dan untuk resepsi (yang seharusnya saya dapat jatah pinjaman dari wo) saya buat (jait) baju sendiri.

Urusan hiburan adalah salah satu yang saya khawatirkan waktu itu, coz keluarga memutuskan untuk pake organ tunggal. Maka, beberapa hal yang bisa saya lakukan adalah kordinasi terkait penyanyinya dan ngasih arahan untuk lagu-lagu yang dibawakan. Upaya kontrol lain adalah dengan minta bantuan teman yang punya tim nasyid (dari ipb & ui) untuk bantu ngisi, yang akhirnya keduanya gak jadi manggung karena berbagai sebab.. hihi.. Untuk poin ini so far alhamdulillah aman-aman aja..

Nah, yang membuat saya kaget, di hari H yang merias saya ternyata bukan Bu Lia, tapi adek iparnya yang juga perias (dan kebetulan gak pake jilbab). Tetiba saya deg-deg-an pagi itu, ini bukan cuma deg-deg-an menjelang akad, tapi juga jadi khawatir muka saya diobrak-abrik sama si tukang rias. So scared! >.< Di awal, tentu saya sering mewanti-wanti agar dandanannya gak menor, yang selaliu ditimpali sama si tukang rias; “tenang aja mba..” “pasti nanti jadinya cantik dan manglingin” Alhasil, saya manyun sepanjang dirias, dan saya yang pas dirias sebenernya gak boleh liat kaca ini pada akhirnya jadi sering-sering ngelirik kaca. Hasilnya? Seperti yang saya duga, di akhir riasan saya kecolongan di riasan mata yang menurut saya berlebihan. Saya jadi serem sendiri sama mata saya. Rasanya riasan ini “too much” 😦 Huhuhu..

Belum selesai di situ. Susie Encus menjadi saksi kegaduhan kami di ruang rias saat mau dipakaikan jilbab. Poin pertama yang bikin saya agak berantem sama si tukang rias adalah tentang jilbab yang saya maunya nutupin dada. Poin kedua adalah tentang cepolan kepala gede yang tadinya mau dipakein ke saya. Huhuhu.. mau nangis rasanya waktu itu.. Lalu kemudian lega setelah berhasil memperjuangkan dua hal tadi itu, meski nada bicara saya akhirnya harus sedikit saya tinggikan. Hufh.. kawan, ternyata apa yang telah kita pelajari di “perguruan” kita selama bertahun-tahun ini memang banyak diuji di proses pernikahan ini, termasuk hal sepele urusan “punuk onta” dan “jilbab nutup dada” ini.. >.<

Tapi yaudahlah ya.. yang terjadi biarlah terjadi.. Saya nulis tentang ini cuma pengen sharing ke temen-temen yang kebetulan baca ini, dan yang kebetulan gak mau dandanannya menor pas nikahan, untuk memilih tukang rias dengan seksama, kalo perlu usahain untuk test make up biar kita bisa kontrol dari awal riasan kita. Dan untuk para perempuan muslimah yang berharap penampilannya tetep syar’i namun tetap cantik, upayakan kontrol sampe hal detil, terutama di poin pakaian dan riasan, juga jilbab. Dan untuk jaga-jaga, dari sekarang mulai siapin argumen kenapa kita gak mau dandanan yang menor, kenapa kita gak mau baju yang seksi, kenapa kita maunya jilbabnya nutupin dada, n kenapa kita gak mau pake cepolan gede ala “punuk onta”. Siapin aja, siapa tau ketemu tukang rias yang “awam”, jadi bia sekalian bagi-bagi ilmu. Syukur-syukur kalo dapet tukang rias yang asik. Sebenernya yang kita mau kan cuma Allah ridho sama kita, dan segala sesuatunya diberkahi.. itu aja sih sebenernya tujuannya. So, semoga dimudahkan untuk teman-teman yang akan menyongsong pernikahan.. 🙂

Sah! :D

Sah! 😀

how’s marriage life?

“How’s marriage life?”
(Ireka Arsyidah Qurniaty)

Sedikit tercenung membaca pesan di line dari seorang teman lama; lama tak berjumpa, lama tak berkomunikasi. Namun ingatan ini tentu tak pernah amnesia atas kebersamaan kami di suatu masa -sekitar 9 tahunan lalu. Sebagaimana atas ucapan dan doa dari teman-teman yang lain, ucapan dan doamu sungguh berarti buatku, kawan.. 🙂

Lalu bagaimana saya harus menjawab pertanyaan itu? Entahlah, saya hanya bisa bilang kalau pasca menikah saya selalu merasa blessing dan grateful, itu saja. 🙂 Sejak awal saya memang tak ingin bereuforia berlebihan atas kebahagiaan pasca menikah ini, semua orang rasanya sudah tahu kalo setiap pengantin baru pasti berbahagia, jadi tak perlu saya kasih tahu lagi kan.. hihii.

“Sejatinya, rasa suka tidak perlu diumbar, ditulis, apalagi kau pamer-pamerkan. Semakin sering kau mengatakannya, jangan-jangan dia semakin hambar, jangan-jangan kita mengatakannya hanya karena untuk menyugesti, bertanya pada diri sendiri, apa memang sesuka itu” (Tere Liye)

Sebelum menikah, saya sempat merasa belum siap untuk dijajah dibagi hidupnya. *abis ini dijitak si kk* 😛  Tapi rasanya semuanya memang berjalan begitu saja.. begitu cepat. tetiba merasa deg-deg-an sebelum akad, tetiba merasa lega pasca moment yang mengguncang arasy itu, tetiba merasa bersyukur telah melewati resepsi yang alhamdulillah berjalan lancar, berbahagia menerima ucapan dan doa dari para kerabat yang datang maupun yang mendoakan dari jauh, lalu tetiba pula menjalani kehidupan sebagai seorang seorang istri. whatt?? istri?! *pingsan*

Rasanya, bekal saya untuk mengemban status diatas belum juga cukup, meski telah mempersiapkan diri sejak beberapa tahun lalu. meski belajar juga terus saya upayakan hingga kini dan nanti. Tapi memang betul, seseorang pernah berkata bahwa kita tak harus sudah merasa siap 100% dulu baru kita memutuskan untuk menikah, sebab pembelajaran untuk menjadi seorang istri yang baik memang harus dilakukan terus-menerus, dan lebih baik dengan prakteknya langsung. Sebagaimana rasa cinta dan kemampuan mencintai yang harus terus ditumbuhkan, ilmu kita pun harus terus ditambah seiring berjalannya usia dan bergantinya peran diri dalam setiap fase kehidupan kita.

Takdir Allah tentang bertemunya dua manusia dalam pernikahan memang selalu menakjubkan. Sebab memang hanya dengan landasan pernikahan lah cinta antara dua jenis manusia ini boleh bermuara. Sudah begitu banyak orang-orang yang mengaku saling mencinta, berpacaran lama, namun Allah tak menakdirkan mereka bersama dalam pernikahan. Banyak pula dua insan yang belum mengenal lama tapi Allah takdirkan hidup bersama dalam pernikahan dan berbahagia hingga mereka menua. Setiap takdir kita memang tak selalu sama. Namun semoga Allah membimbing kita selalu untuk mengambil sebaik-baik jalan dan cara untuk setiap fase hidup kita, termasuk fase pernikahan ini. Semoga pula dengan begitu keberkahan serta rahmat selalu Allah berikan kepada kita semua.

So far.. saya masih enjoy menjalani kehidupan baru saya ini. Belum banyak perubahan berarti selain saya yang sendiri sekarang jadi berdua. Punya partner dalam menjalani segala sesuatu dalam hidup saya. Punya sahabat-saudara-imam terbaik yang semoga kekal sampai nanti. Punya imam sholat tetap. Punya “teman berbincang apa saja” tetap. Punya driver tetap *eh 😛

Dan lagi-lagi.. doa kalian untuk kami sangat berarti.. mohon doanya ya kawan.. mohon dimaafkan pula jika saya -kami pernah punya salah atau khilaf ya.. 🙂

*****

*Jodoh terbaik

Ada seorang atlet dunia yang mengagumkan–masih hidup, dan masih terus mengejar rekor2nya. Saat ditanya, apa rahasia terbesarnya hingga dia berkali-kali memecahkan rekor dunia? Jawabannya pendek: saya bertanding melawan diri sendiri, saya berusaha terus menerus mengalahkan diri sendiri. Meski amat simpel, tapi ini sesungguhnya jawaban yang super, menjelaskan banyak hal. Tetapi hei, bagaimana bisa dia jadi juara dunia jika dia hanya sibuk melawan dirinya sendiri? Bukankah dia harus peduli dengan catatan waktu pesaingnya? Bagaimana pesaingnya berlatih? Kemajuan pesaingnya.

Tidak, dia tidak peduli.

Baginya, setiap hari menjadi lebih baik, setiap hari memperbaiki rekor sendiri, jauh lebih penting dibanding memikirkan orang lain. Maka itulah yang terjadi, resep ini berhasil, berkali-kali dunia menyaksikan atlet hebat ini memecahkan rekor dunia, rekor yang tercatat atas nama dirinya sendiri. Jika dia hanya sibuk memikirkan orang lain, pesaingnya, boleh jadi dia hanya berhasil memecahkan rekor itu sekali, lantas berpuas diri, merasa cukup. Game over.

Logika memperbaiki diri sendiri dan terus melakukan yang terbaik ini sangat efektif dalam banyak hal. Sekolah misalnya. Kita tidak perlu peduli kita ranking berapa, kita lulusan terbaik atau bukan, sekolah terbaik atau bukan, pokoknya belajar yang terbaik, maka lihat saja besok lusa, ternyata semua hal datang dengan sendirinya, termasuk ranking dan kesempatan melanjutkan di tempat lebih baik. Juga pekerjaan. Kita tidak perlu peduli siapa pesaing di sekitar, siapa yang akan menyalip dsbgnya, posisi dsbgnya, pokoknya bekerjalah yang terbaik, memperbaiki diri sendiri secara terus menerus. Maka, lihat saja besok lusa, semua pintu2 kesempatan akan terbuka dengan sendirinya.

Nah, termasuk mencari jodoh. Rumus ini juga berlaku sama sederhananya. Teruslah memperbaiki diri, maka besok lusa, jodoh terbaik akan datang.

Banyak orang yang berpikir sebaliknya, sibuk pacaran, sibuk cari2 perhatian, sibuk jatuh hati, sibuk ‘mencari jodoh’–di usia dini sekali. Itu benar, kita boleh jadi segera mendapatkan yang diinginkan tersebut, tapi hanya sebatas itulah definisi jodoh terbaik yang kita dapatkan. Berbeda jika dengan sibuk memperbaiki diri. Terus sekolah dengan baik misalnya, belajar apa saja. Termasuk belajar ilmu agama, semakin bermanfaat bagi sekitar, mencemerlangkan akhlak, maka jalinan silaturahmi akan semakin luas, membuat kesempatan bertemu dengan jodoh terbaik lebih lebar. Dengan terus memperbaiki diri, kita bisa mengenal banyak orang, paham banyak karakter, memiliki prinsip2 yang baik, dan itu lagi-lagi membuka lebih lebar kesempatan bertemu dengan jodoh terbaik.

Bayangkan saja seseorang yang hanya tinggal di sebuah kampung, sibuk pacaran di kampung itu saja, menikah. Selesai. Itulah ruang lingkup jodoh terbaiknya. Sebaliknya seorang remaja puteri, yg memilih terus belajar memperbaiki diri sendiri, bodo amat teman2nya sudah pacaran, dengan terus belajar dia bisa membuka pintu sekolah di kota lain, bertemu dengan banyak orang, dengan belajar agama dia memiliki prinsip2 hidup yg baik, bisa memilih teman bergaul yang baik, hingga akhirnya bertemu dengan jodoh terbaiknya. Dia berhasil meningkatkan berkali-kali lipat kesempatan jodoh terbaiknya. Bukan cuma si cowok paling ganteng di kampung tersebut–yang ditaksir gadis sekampung.

Nah, apakah dengan terus memperbaiki diri menjamin mendapatkan jodoh terbaik? Tidak. Memang tidak. Tapi rasa-rasanya, jika proses terus memperbaiki diri itu dilakukan dengan baik, kalian akan berbahagia dengan apapun situasi yang akan dihadapi. Jadi kalaupun dia gagal memberikan jodoh tampan macam anggota boyband korea, atau baik hati pol macam poh si kungfu panda, dia sukses memberikan sesuatu: pemahaman yg baik, bekal hidup yang baik. Dan kalian siap dengan takdir apapun dari Tuhan, termasuk jika ternyata sama sekali tidak memperoleh jodoh di dunia yang amat keterlaluan mencintai ukuran duniawi.

–Tere Lije

first day

halooooo.. wordpress world ^^ *bersih2 debu*

agak lama rasanya saya gak ngeblog.. pagi ini, tersebab this is my first day dari rumah pake mobil, maka jam setengah tujuh ini saya sudah duduk manis di depan pc kesayangan saya di kantor. karena itulah pagi ini saya bebas ngeblog sesuka hati sampe jam 8 nanti.. hihiii 😀

kadang dunia itu memang begitu ya.. gak pernah terbayang sebelumnya bahwa saya akan mengarungi berangkat-pulang kerja dengan mengendarai mobil, sebuah pilihan berkendaraan yang selalu saya hindari sejak dulu. kalau boleh memilih, naik kereta selalu menjadi pilihan utama saya, lalu naik motor di pilihan kedua. mobil? ahh.. entah pilihan keberapa itu, rasanya pilihan itu gak pernah saya pilih sejak dulu. tapi mulai pulang kerja kemarin, saya harus menjalani hal yang sebelumnya saya hindari itu. sebabnya, si kk harus bawa mobil dari kantornya, maka mau gak mau saya harus ikut.. begitulah.. 🙂

tapi alhamdulillah, nyatanya kondisinya tak seburuk yang saya bayangkan, atau mungkin saya belum mengalaminya karena ini baru hari kedua. tapi so far, perjalanan 2 jam dari palmerah-pondok aren kemarin malam tak terasa karena kami menikmati perjalanan.. bersibuk ria ngotak atik gps (karena gak tau jalan), ngobrol ini-itu atau sekedar ber-haha-hihi, lalu makan kacang rebus di tengah perjalanan, dua jam pun jadi tak terasa, dan tau-tau sampe rumah.. hihii, alhamdulillaah.. lalu pagi tadi, setengah enam dari rumah dengan dibimbing mba lastri (nama gps :D), olas-oles roti di jalan lalu memakannya berdua, sotoy-sotoy-an tentang jalur menuju kantor, dan akhirnya sampe kebon sirih setengah tujuh ini. semoga si kk dilancarkan perjalanannya ke kantor..

sekarang, tetiba saya membayangkan kondisi stasiun di hari kedua penerapan e-ticket.. apakah se-chaos kemarin? ah entah.. ngebayanginnya aja udah ngeri duluan. kemarin sore ditengah sesak antrian tiket, air mata saya menetes membayangkan para lansia, para ibu hamil, dan para ibu yang membawa anaknya. cuma bisa berdoa dalam hati agar Allah melindungi dan menguatkan mereka serta semua orang yang mengalami hal tersebut. peluh menetes, badan sakit karena kegencet-kedorong-kesikut, kaki terinjak-injak, dan itu semua harus kita bayar demi mendapatkan sebuah tiket kereta? ah, mahal betul harganya.. lalu diri tetiba merasa ngeri. betapa pembuat sistem (apapun) punya peluang untuk menciptakan kedzholiman besar, apalagi pembuat sistem yang berkaitan dengan banyak orang. sama besarnya dengan potensi kebaikannya. tapi masyarakat kecil seperti saya lagi-lagi hanya bisa berdoa kuat-kuat semoga sistem transportasi kota bahkan negeri ini kian baik, serta terus berupaya untuk menjadi masyarakat yang baik. demikian.

selamat bekerja semuanya.. selamat memulai hari dengan penuh syukur.. 🙂

anyonecancook #2 : Mutton Teriyaki

Saya kadang kasihan sama si daging kambing ini, masyarakat sudah terlanjur menjudge-nya sebagai pemacu hipertensi dan sumber beberapa penyakit. Padahal, sepanjang yang saya pelajari, daging kambing justru memiliki lemak dan kalori yang lebih rendah dari daging lainnya. Dibandingkan daging sapi maupun daging domba, kandungan lemak total, kolesterol, dan lemak jenuh dari daging kambing jauh lebih rendah, meskipun rasanya tetap tidak kalah enaknya. Kandungan protein daging jenis ini pun tidak jauh berbeda dari jenis daging lainnya. Hanya saja, kolesterol tinggi ini memang ada di bagian lemak daging kambing, maka kalau mau sehat, jauhi lemaknya, lalu makan dagingnya. Efek panas biasanya memang akan muncul pasca mengkonsumsi daging jenis ini, hal ini bisa saja terjadi karena kandungan protein yang tinggi pada daging kambing, sehingga metabolisme tubuh meningkat. #cmiiw

Hari ini, kebetulan ada tetangga yang menyembelih kambing lalu membagi-bagikan ke semua tetangga dekat. Ketika diminta mengolah, saya yang emang agak malas masak yang berat-berat ini entah kenapa malah terpikir membuat Kambing Teriyaki, meski sebelumnya belum pernah mencicip kambing yang diolah menjadi teriyaki.. Hehee.. Biasanya beef yang diolah jadi teriyaki, maka hari ini saya tertantang untuk mencoba mengolah daging kambing ini menjadi teriyaki. Sebelumnya, saya mau share tentang beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengolah daging kambing dulu deh..

1. Jika ingin daging cepat empuk, jangan direbus lama-lama, karena itu akan mengurangi nilai gizinya. Ada beberapa cara sih untuk membuat daging empuk, antara lain dengan menggunakan buah nanas, pepaya, jahe, atau jeruk nipis. Nanas atau pepaya bisa dipotong atau diparut lalu direndam bersama daging, namun harus diperhatikan takaran dan waktu perendaman, karena bisa membuat daging menjadi terlalu empuk dan kehilangan kekenyalannya. Jahe dan jeruk nipis juga bisa ditambahkan sebagai salah satu bumbu ataupun perendam. Selain itu, pemotongan daging dengan kecil-kecil dan dipotong sesuai seratnya juga dapat membantu membuat daging menjadi empuk ketika dimakan.

2. Jika ingin menghilangkan atau mengurangi bau prengus dari kambing, bisa dengan beberapa cara. Salah satunya yaitu dengan tidak mencuci daging kambing sama sekali, jadi sejak awal dipotong, daging harus selalu diupayakan bersih, lalu langsung kita olah. Penambahan rempah-rempah pada saat pengolahan juga bisa mengurangi bau prengus kambing.

And then, mari kita memasaaakk ^^

*****

Kambing Teriyaki

Bahan dan Bumbu :
1. Daging kambing 500 gram, diiris tipis
2. Bawang bombay besar 1 siung, diiris tipis
3. Paprika hijau 1 buah, dipotong-potong
4. Bawang putih 3 siung, dicincang halus
5. Saus teriyaki 4 sdm
6. Saus tiram 2 sdm
7. Gula pasir 2 sdt
8. Jahe parut 1 sdm, diperas dan diambil airnya
9. Kaldu bubuk 1/2 sdt
10. Merica bubuk 1/2 sdt

Cara Mengolah :
1. Daging yang sudah diiris tipis-kecil dicampur dengan saus teriyaki, saus tiram, air jahe parut, kaldu bubuk, dan merica bubuk. Diaduk rata, lalu disimpan di refrigerator selama 1 jam.
2. Panaskan minyak, lalu tumis bawang bombay dan bawang putih sampai harum dan kecokelatan, lalu tiriskan.
3. Tumis daging dengan sisa minyak sampai kaldunya keluar dan warna daging berubah.
4. Masukkan bawang ke dalam daging, kemudian tambahkan paprika dan gula pasir. Aduk lalu masak sampai matang.
5. Taraaaa.. jadi deh.. 🙂

Dokumentasi :
*maaf, saya gak pandai menghias makanan, kamera pun seadanya.. 😀

Daging Kambing Mentah Setelah dibumbui

Daging Kambing Mentah Setelah Dibumbui

kambing teriyaki

Mutton Teriyaki Jadi ^^